Minggu, 27 November 2011

komodo

DAFTAR ISI

Bab I
A.     Latar belakang                          …………………………………………….               1
B.     Tujuan                                      …………………………………………….               2
Bab II
A.     Klasifikasi                                 …………………………………………….               3
B.     Morfologi                                 …………………………………………….               4
C.     Fisiologi                                    …………………………………………….               5
D.     Ekologi                         …………………………………………….               6
E.      Perilaku makan             …………………………………………….               7
F.      Bias pada komodo                   …………………………………………….               8
G.     Reproduksi                               …………………………………………….               9
H.     Struktur genetic                        …………………………………………….               10
Bab III
A.     Kesimpulan                              …………………………………………….               12
Daftar pustaka















Bab I

A.     Latar belakang
Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Nusa Tenggara. Pulau Komodo dikenal sebagai habitat asli hewan komodo. Pulau ini berada dalam kawasan Taman Nasional Komodo yang dikelola oleh Pemerintah Pusat. Pulau Komodo berada di sebelah timur Pulau Sumbawa, yang dipisahkan oleh Selat Sape. Tiba di Taman Nasional Komodo, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mendatangi PHPA (Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam). Para penjaga hutan dan pawang komodo akan mengantarkan kita melihat langsung kehidupan komodo di alamnya. Komodo atau Faranus Comodoensis merupakan binatang mamalia yang memiliki berat mencapai 150 kg dan memiliki kemampuan penciuman yang baik, terutama untuk bau darah.
Di Pulau Komodo, hewan komodo hidup dan berkembang biak dengan baik. Hingga Agustus 2009, di pulau ini terdapat sekitar 1300 ekor komodo. Ditambah dengan pulau lain, seperti Pulau Rinca dan dan Gili Motang, jumlah mereka keseluruhan mencapai sekitar 2500 ekor. Ada pula sekitar 100 ekor komodo di Cagar Alam Wae Wuul di daratan Pulau Flores tapi tidak termasuk wilayah Taman Nasional Komodo.
Taman Nasional Komodo terdiri dari tiga buah pulau besar yaitu pulau Komodo,pulau Rinca dan pulau Padar serta 26 buah pulau besar/kecil lainnya. Sebanyak 11 buahgunung/bukit yang ada di Taman Nasional Komodo dengan puncak tertinggi yaituGunung Satalibo (± 735 meter dpl). Wilayah darat taman nasional ini 603 km² danwilayah total adalah 1817 km².Keadaan alam yang kering dan gersang menjadikan suatu keunikan tersendiri.Adanya padang savana yang luas, sumber air yang terbatas dan suhu yang cukup panas;ternyata merupakan habitat yang disenangi oleh sejenis binatang purba Komodo (Varanus komodoensis).
 Sebagian besar taman nasional ini merupakan savana dengan pohon lontar(Borassus flabellifer) yang paling dominan dan khas. Beberapa tumbuhan yang ada diTaman Nasional Komodo antara lain rotan (Calamus sp.), bambu (Bambusa sp.), asam(Tamarindus indica), kepuh (Sterculia foetida), bidara (Ziziphus jujuba), dan bakau(Rhizophora sp.) Taman Nasional Komodo merupakan asset nasional yang mendapat dukunganbantuan teknis untuk pengelolaannya secara internasional, dan telah ditetapkan sebagaiSitus Warisan Alam Dunia dan Cagar Biosfir oleh UNESCO Wisatawan paling banyak mengunjungi Taman Nasional Komodo adalahwisatawan mancanegara, dimana mereka menyebut taman nasional ini dengan julukan“dunia tersendiri”. Sejauh mata memandang terlihat lapangan terbuka dengan beberapa pohon lontar yang tegak menjulang ke langit dilatarbelakangi rangkaian pegunungan,kesan gersang dan tandus pada padang savana tetapi riuh oleh beberapa suara burung dankuda liar, reptil raksasa. Berenang dan mandi di bawah teriknya matahari dan birunya airlaut Flores; merupakan dunia tersendiri dan pengalaman yang tidak terlupakan oleh parawisatawan.

B.     Tujuan
Pulau komodo merupakan salah satu pulau yang unik sebab terdapat populasi reptil yang tidak ditemukan di pulau-pulau lain. Adalah Varanus komodoensis yang merupakan hewan endemic di kepulauan tersebut. Sehingga perlu diadakan wacana yang mengkaji seberapa unik kepulauan yang berada di Indonesia bagian tengah ini.
Beberapa tujuan dari tulisan ini adalah :
1.      Mengenal klasifikasi Varanus komodoensis
2.      Mengetahui morfologi Varanus komodoensis
3.      Mengenal perilaku dan habitat Varanus komodoensis












Bab II
A.     Klasifikasi
Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis), adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo juga disebut dengan nama setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil.  Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.
Berikut ini adalah jenjang taksonomi dari biawak komodo :
Kerajaan          :Animalia
Filum                :Chordata
Kelas               :Reptilia
Ordo                :Squamata
Upaordo          :Autarchoglossa
Famili               :Varanidae
Genus               :Varanus
Spesies :Varanus komodoensis














                                    Ganbar untuk Varanus komodoensis

  1. Morfologi
Secara umum, struktur morfologi biawak Varanus komodoensis adalah:
  • Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki masa sekitar 70 kilogram, namun komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar. Spesimen liar terbesar yang pernah ada memiliki panjang sebesar 3.13 meter dan berat sekitar 166 kilogram, termasuk berat makanan yang belum dicerna di dalam perutnya.
  • Kepala berbentuk oval dan sedikit meruncing pada bagian mulut.
  • Sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam sepanjang sekitar 2.5 cm, yang kerap diganti.  
  • Air liur komodo sering kali bercampur sedikit darah karena giginya hampir seluruhnya dilapisi jaringan gingiva dan jaringan ini tercabik selama makan, Kondisi ini menciptakan lingkungan pertumbuhan yang ideal untuk bakteri mematikan yang hidup di mulut mereka. Komodo memiliki lidah yang panjang, berwarna kuning dan bercabang.
  •  Bentuk badan berbentuk basil, umumnya komodo jantan lebih besar daripada komodo betina.
  • Bertulang belakang
  • Penututup tubuh bukan berupa rambut.
  • Memiliki sisik pada kulitnya.
  • Tidak berbulu.
  • Warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata, sementara komodo betina lebih berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Biasanya terdapat bintik bintik hitam pada kulitnya.
  • Digolongkan dalam tipe hewan berdarah dingin.
  • Memiliki anggota gerak yang fungsinya sama.
  • Komodo mempunya 4 kaki, yang masing masing terdapat 5 kuku yang relative tajam.
  • Bentuk ekor meruncing yang sama panjang dengan tubuhnya


  1. Fisiologi
Beberapa fisiologi pada Varanus komodoensis adalah:
o   Komodo tak memiliki indera pendengaran yang cukup baik, meski memiliki lubang telinga. 
o   Biawak ini mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak bergerak.
o   Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasalmemanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin dan kebiasaannya menelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri ketika berjalan, komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4—9.5 kilometer.
o   Lubang hidung komodo bukan merupakan alat penciuman yang baik karena mereka tidak memiliki sekat rongga badan. Hewan ini tidak memiliki indra perasa di lidahnya, hanya ada sedikit ujung-ujung saraf perasa di bagian belakang tenggorokan.
o   Sisik-sisik komodo, beberapa di antaranya diperkuat dengan tulang, memiliki sensor yang terhubung dengan saraf yang memfasilitasi rangsang sentuhan. Sisik-sisik di sekitar telinga, bibir, dagu dan tapak kaki memiliki tiga sensor rangsangan atau lebih.
o   Komodo pernah dianggap tuli ketika penelitian mendapatkan bahwa bisikan, suara yang meningkat dan teriakan ternyata tidak mengakibatkan agitasi (gangguan) pada komodo liar. Hal ini terbantah kemudian ketika karyawan Kebun Binatang London ZSL, Joan Proctor melatih biawak untuk keluar makan dengan suaranya, bahkan juga ketika ia tidak terlihat oleh si biawak.

  1. Ekologi
Deskripsi mengenai habitat Varanus komodoensis adalah:
©  Komodo secara alami hanya ditemui di Indonesia, di pulau Komodo, Flores dan Rinca dan beberapa pulau lainnya di Nusa Tenggara. 
©  Hidup di padang rumput kering terbuka, sabana dan hutan tropis pada ketinggian rendah, biawak ini menyukai tempat panas dan kering ini.
©  Mereka aktif pada siang hari, walaupun kadang-kadang aktif juga pada malam hari. Komodo adalah binatang yang penyendiri, berkumpul bersama hanya pada saat makan dan berkembang biak.
©  Reptil besar ini dapat berlari cepat hingga 20 kilometer per jam pada jarak yang pendek; berenang dengan sangat baik dan mampu menyelam sedalam 4.5 meter, serta pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat. Untuk menangkap mangsa yang berada di luar jangkauannya, komodo dapat berdiri dengan kaki belakangnya dan menggunakan ekornya sebagai penunjang. Dengan bertambahnya umur, komodo lebih menggunakan cakarnya sebagai senjata, karena ukuran tubuhnya yang besar menyulitkannya memanjat pohon.
©  Untuk tempat berlindung, komodo menggali lubang selebar 1–3 meter dengan tungkai depan dan cakarnya yang kuat. Karena besar tubuhnya dan kebiasaan tidur di dalam lubang, komodo dapat menjaga panas tubuhnya selama malam hari dan mengurangi waktu berjemur pada pagi selanjutnya.  Komodo umumnya berburu pada siang hingga sore hari, tetapi tetap berteduh selama bagian hari yang terpanas. Tempat-tempat sembunyi komodo ini biasanya berada di daerah gumuk atau perbukitan dengan semilir angin laut, terbuka dari vegetasi, dan di sana-sini berserak kotoran hewan penghuninya. Tempat ini umumnya juga merupakan lokasi yang strategis untuk menyergap rusa


  1. Perilaku makan
Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai, penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya. Ketika mangsa itu tiba di dekat tempat sembunyi komodo, hewan ini segera menyerangnya pada sisi bawah tubuh atau tenggorokan. Komodo dapat menemukan mangsanya dengan menggunakan penciumannya yang tajam, yang dapat menemukan binatang mati atau sekarat pada jarak hingga 9,5 kilometer.
Reptil purba ini makan dengan cara mencabik potongan besar daging dan lalu menelannya bulat-bulat sementara tungkai depannya menahan tubuh mangsanya. Untuk mangsa berukuran kecil hingga sebesar kambing, bisa jadi dagingnya dihabiskan sekali telan. Isi perut mangsa yang berupa tumbuhan biasanya dibiarkan tak disentuh. Air liur yang kemerahan dan keluar dalam jumlah banyak amat membantu komodo dalam menelan mangsanya. Meski demikian, proses menelan tetap memakan waktu yang panjang; 15–20 menit diperlukan untuk menelan seekor kambing. Komodo kadang-kadang berusaha mempercepat proses menelan itu dengan menekankan daging bangkai mangsanya ke sebatang pohon, agar karkas itu bisa masuk melewati kerongkongannya. Dan kadang-kadang pula upaya menekan itu begitu keras sehingga pohon itu menjadi rebah. Untuk menghindari agar tak tercekik ketika menelan, komodo bernafas melalui sebuah saluran kecil di bawah lidah, yang berhubungan langsung dengan paru-parunya. Rahangnya yang dapat dikembangkan dengan leluasa, tengkoraknya yang lentur, dan lambungnya yang dapat melar luar biasa memungkinkan komodo menyantap mangsa yang besar, hingga sebesar 80% bobot tubuhnya sendiri dalam satu kali makan. Setelah makan, komodo menyeret tubuhnya yang kekenyangan mencari sinar matahari untuk berjemur dan mempercepat proses pencernaan. Kalau tidak, makanan itu dapat membusuk dalam perutnya dan meracuni tubuhnya sendiri.
Dikarenakan metabolismenya yang lamban, komodo besar dapat bertahan dengan hanya makan 12 kali setahun atau kira-kira sekali sebulan. Setelah daging mangsanya tercerna, komodo memuntahkan sisa-sisa tanduk, rambut dan gigi mangsanya, dalam gumpalan-gumpalan bercampur dengan lendir berbau busuk, gumpalan mana dikenal sebagai gastric pellet. Setelah itu komodo menyapukan wajahnya ke tanah atau ke semak-semak untuk membersihkan sisa-sisa lendir yang masih menempel; perilaku yang menimbulkan dugaan bahwa komodo, sebagaimana halnya manusia, tidak menyukai bau ludahnya sendiri.
Dalam kumpulan, komodo yang berukuran paling besar biasanya makan lebih dahulu, diikuti yang berukuran lebih kecil menurut hirarki.
Jantan terbesar menunjukkan dominansinya melalui bahasa tubuh dan desisannya; yang disambut dengan bahasa yang sama oleh jantan-jantan lain yang lebih kecil untuk memperlihatkan pengakuannya atas kekuasaan itu. Komodo-komodo yang berukuran sama mungkin akan berkelahi mengadu kekuatan, dengan cara semacam gulat biawak, hingga salah satunya mengaku kalah dan mundur; meskipun adakalanya yang kalah dapat terbunuh dalam perkelahian dan dimangsa oleh si pemenang.
Mangsa biawak komodo amat bervariasi, mencakup aneka avertebrata, reptil lain (termasuk pula komodo yang bertubuh lebih kecil), burung dan telurnya, mamalia kecil, monyet, babi hutan, kambing, rusa, kuda, dan kerbau.
Karena tak memiliki sekat rongga badan, komodo tak dapat menghirup air atau menjilati air untuk minum (seperti kucing). Alih-alih, komodo ‘mencedok’ air dengan seluruh mulutnya, lalu mengangkat kepalanya agar air mengalir masuk ke perutnya


  1. Bisa pada komodo
Pada akhir 2005, peneliti dari Universitas Melbourne, Australia, menyimpulkan bahwa biawak Perentie (Varanus giganteus) dan biawak-biawak lainnya, serta kadal-kadal dari suku Agamidae, kemungkinan memiliki semacam bisa. Selama ini diketahui bahwa luka-luka akibat gigitan hewan-hewan ini sangat rawan infeksi karena adanya bakteria yang hidup di mulut kadal-kadal ini, akan tetapi para peneliti ini menunjukkan bahwa efek langsung yang muncul pada luka-luka gigitan itu disebabkan oleh masuknya bisa berkekuatan menengah.
Para peneliti ini telah mengamati luka-luka di tangan manusia akibat gigitan biawak Varanus varius, V. scalaris dan komodo, dan semuanya memperlihatkan reaksi yang serupa: bengkak secara cepat dalam beberapa menit, gangguan lokal dalam pembekuan darah, rasa sakit yang mencekam hingga ke siku, dengan beberapa gejala yang bertahan hingga beberapa jam kemudian. Sebuah kelenjar yang berisi bisa yang amat beracun telah berhasil diambil dari mulut seekor komodo di Kebun Binatang Singapura, dan meyakinkan para peneliti akan kandungan bisa yang dipunyai komodo.
Di samping mengandung bisa, air liur komodo juga memiliki aneka bakteri mematikan di dalamnya; lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif telah diisolasi dari air liur ini. Bakteri-bakteri tersebut menyebabkan septikemia pada korbannya; jika gigitan komodo tidak langsung membunuh mangsa dan mangsa itu dapat melarikan diri, umumnya mangsa yang sial ini akan mati dalam waktu satu minggu akibat infeksi. Bakteri yang paling mematikan di air liur komodo agaknya adalah bakteri Pasteurella multocida yang sangat mematikan; diketahui melalui percobaan dengan tikus laboratorium. Karena komodo nampaknya kebal terhadap mikrobanya sendiri, banyak penelitian dilakukan untuk mencari molekul antibakteri dengan harapan dapat digunakan untuk pengobatan manusia


  1. Reproduksi
Musim kawin terjadi antara bulan Mei dan Agustus, dan telur komodo diletakkan pada bulan September. Selama periode ini, komodo jantan bertempur untuk mempertahankan betina dan teritorinya dengan cara "bergulat" dengan jantan lainnya sambil berdiri di atas kaki belakangnya. Komodo yang kalah akan terjatuh dan "terkunci" ke tanah. Kedua komodo jantan itu dapat muntah atau buang air besar ketika bersiap untuk bertempur. Pemenang pertarungan akan menjentikkan lidah panjangnya pada tubuh si betina untuk melihat penerimaan sang betina.
Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama bersetubuh agar tidak terluka. Perilaku lain yang diperlihatkan selama proses ini adalah jantan menggosokkan dagu mereka pada si betina, garukan keras di atas punggung dan menjilat. Kopulasi terjadi ketika jantan memasukan salah satu hemipenisnya ke kloaka betina. Komodo dapat bersifat monogamus dan membentuk "pasangan," suatu sifat yang langka untuk kadal.
Betina akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung gosong berkaki-jingga yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Sebuah sarang komodo rata-rata berisi 20 telur yang akan menetas setelah 7–8 bulan. Betina berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai menetas di sekitar bulan April, pada akhir musim hujan ketika terdapat sangat banyak serangga.
Proses penetasan adalah usaha melelahkan untuk anak komodo, yang keluar dari cangkang telur setelah menyobeknya dengan gigi telur yang akan tanggal setelah pekerjaan berat ini selesai. Setelah berhasil menyobek kulit telur, bayi komodo dapat berbaring di cangkang telur mereka untuk beberapa jam sebelum memulai menggali keluar sarang mereka. Ketika menetas, bayi-bayi ini tak seberapa berdaya dan dapat dimangsa oleh predator.
Komodo muda menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon, tempat mereka relatif aman dari predator, termasuk dari komodo dewasa yang kanibal, yang sekitar 10% dari makanannya adalah biawak-biawak muda yang berhasil diburu. Komodo membutuhkan tiga sampai lima tahun untuk menjadi dewasa, dan dapat hidup lebih dari 50 tahun.
Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada beberapa spesies reptil lainnya seperti pada Cnemidophorus


H.     Struktur genetic
Komodo memiliki sistem penentuan seks kromosomal ZW, bukan sistem penentuan seks XY.Keturunan Flora yang berkelamin jantan, menunjukkan terjadinya beberapa hal. Y adalah telur Flora yang tidak dibuahi bersifat haploid pada mulanya dan kemudian menggandakan kromosomnya sendiri menjadi diploid, dan bahwa ia tidak menghasilkan telur diploid, sebagaimana bisa terjadi jika salah satu proses pembelahan reduksi meiosis pada ovariumnya gagal.
Ketika komodo betina (memiliki kromosom seks ZW) menghasilkan anak dengan cara ini, ia mewariskan hanya salah satu dari pasangan-pasangan kromosom yang dipunyainya, termasuk satu dari dua kromosom seksnya. Satu set kromosom tunggal ini kemudian diduplikasi dalam telur, yang berkembang secara partenogenetika. Telur yang menerima kromosom Z akan menjadi ZZ (jantan); dan yang menerima kromosom W akan menjadi WW dan gagal untuk berkembang.
Diduga bahwa adaptasi reproduktif semacam ini memungkinkan seekor hewan betina memasuki sebuah relung ekologiyang terisolasi (seperti halnya pulau) dan dengan cara partenogenesis kemudian menghasilkan keturunan jantan. Melalui perkawinan dengan anaknya itu di saat yang berikutnya hewan-hewan ini dapat membentuk populasi yang bereproduksi secara seksual, karena dapat menghasilkan keturunan jantan dan betina. Meskipun adaptasi ini bersifat menguntungkan, kebun binatang perlu waspada kerena partenogenesis mungkin dapat mengurangi keragaman genetika.
Pada 31 Januari 2008, Kebun Binatang Sedgwick County di Wichita, Kansas menjadi kebun binatang yang pertama kali mendokumentasi partenogenesis pada komodo di Amerika. Kebun binatang ini memiliki dua komodo betina dewasa, yang salah satu di antaranya menghasilkan 17 butir telur pada 19-20 Mei 2007. Hanya dua telur yang diinkubasi dan ditetaskan karena persoalan ketersediaan ruang; yang pertama menetas pada 31 Januari 2008, diikuti oleh yang kedua pada 1 Februari. Kedua anak komodo itu berkelamin jantan

























Bab III
  1. Kesimpulan
·        Jenjang taksonomi komodo adalah:
Kerajaan          :Animalia
Filum                :Chordata
Kelas               :Reptilia
Ordo                :Squamata
Upaordo          :Autarchoglossa
Famili               :Varanidae
Genus               :Varanus
Spesies :Varanus komodoensis
  • Komodo memiliki struktur morfologi sebagai berikut:
~        Komodo dewasa biasanya memiliki masa sekitar 70 kilogram, dan berat sekitar 166 kilogram.
~        Kepala berbentuk oval dan sedikit meruncing pada bagian mulut.
~        Bentuk badan berbentuk basil, umumnya komodo jantan lebih besar daripada komodo betina.
~        Bertulang belakang
~        Penututup tubuh bukan berupa rambut.
~        Memiliki sisik pada kulitnya.
~        Tidak berbulu.
~        Warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata.
~        Digolongkan dalam tipe hewan berdarah dingin.
~        Memiliki anggota gerak yang fungsinya sama.
~        Komodo mempunya 4 kaki, yang masing masing terdapat 5 kuku yang relative tajam.
~        Bentuk ekor meruncing yang sama panjang dengan tubuhnya

  • Komodo tak memiliki indera pendengaran yang cukup baik, meski memiliki lubang telinga
  • Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli.
  • Umunya hidup pada padang rumput kering ataupun sabana.
  • Komodo mempunyai bias yang cukup[ berbahaya jika terkena manusia.











DAFTAR PUSTAKA

-         Hadisusanto, dkk. 2005. Biologi. Jakarta : sunda kelapa.
-         Anonym. 2010. Pulau komodo. File:http://artikelhot.com/191/pulau-komodo.aspx
-         Anonym. 2011. Biawak komodo. file:http://id.wikipedia.org/wiki/Biawak_komodo
-         Dang  Teresa. 2007. Komodo dragon. File:http://tolweb.org/treehouses/?treehouse_id=4457
-         Isharmanto. 2009. Kunci determinasi. File:http://isharmanto.blogspot.com/2009/11/kunci-determinasi.html

-         Jeri IM. 2007. Ekologi Spatial Tetasan dan Anak Biawak Komodo. File: http://id.shvoong.com/exact-sciences/482561-ekologi-spatial-tetasan-dan-anak/

-         Jeri IM, dkk. 2008. Populasi dan survival biawak komodo. File: http://komododragon.wordpress.com/tag/biawak-komodo/



1 komentar: